inter milan

Kepergian Inzaghi di Tengah Kekalahan Memalukan Inter Milan dari PSG

Simone Inzaghi resmi meninggalkan jabatannya sebagai pelatih kepala Inter Milan setelah kekalahan memalukan 0‑5 dari Paris Saint‑Germain. Laga itu berlangsung pada 31 Mei 2025 di Allianz Arena, final Liga Champions musim 2024–25. Skor besar ini menjadi kekalahan terbesar dalam sejarah laga final kompetisi Eropa.

Kekalahan telak itu tak hanya mengecewakan para pendukung, tetapi juga mengguncang ruang ganti. Dalam beberapa hari, tekanan terhadap Inzaghi semakin meningkat. Ia akhirnya menyampaikan pengunduran diri secara resmi pada 3 Juni 2025, melalui situs klub. Inzaghi menyebut sudah memberikan segalanya bagi klub selama empat tahun terakhir.

Meski gagal di final, ia tetap dikenang sebagai pelatih yang mengantarkan Inter meraih gelar Serie A 2023–24 dan Coppa Italia dua kali. Tak lama setelah mundur, Inzaghi diumumkan sebagai pelatih baru Al-Hilal di Arab Saudi. Ia menandatangani kontrak dua tahun dengan bayaran sekitar €25 juta per musim.

Inter Milan: Munculnya Cristian Chivu sebagai Pengganti Inzaghi

Transisi Chivu ke Posisi Pelatih Kepala

Tak butuh waktu lama bagi Inter untuk menunjuk pengganti. Pada 9 Juni 2025, klub mengumumkan penunjukan Cristian Chivu sebagai pelatih kepala yang baru. Penunjukan ini cukup mengejutkan, sebab Chivu sebelumnya hanya sempat melatih tim junior Inter dan baru empat bulan menangani Parma.

Namun, manajemen melihat potensi besar pada pria asal Rumania ini. Ia dianggap memahami kultur klub dan memiliki kedekatan emosional dengan tim. Gaya bermain yang ia terapkan selama di tim muda juga dinilai cukup mirip dengan filosofi Inzaghi. Hal itu memudahkan transisi strategi di dalam skuad utama.

Selain itu, Chivu langsung mendatangkan Aleksandar Kolarov sebagai asisten utamanya. Kolarov juga mantan pemain Inter yang dikenal punya jiwa kepemimpinan kuat. Keduanya diharapkan bisa menjaga stabilitas tim menjelang musim yang padat, termasuk ajang Piala Dunia Antarklub 2025.

Karier Bermain Chivu di Inter Milan

Cristian Chivu bergabung dengan Inter Milan pada 2007 setelah bermain untuk AS Roma. Ia berposisi sebagai bek tengah dan juga bisa bermain di sisi kiri pertahanan. Dalam tujuh musim membela Nerazzurri, Chivu mencatat lebih dari 115 penampilan di semua kompetisi.

Momen terbaiknya adalah saat menjadi bagian dari tim yang meraih treble pada 2010 di bawah asuhan José Mourinho. Saat itu, Inter menjuarai Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions dalam satu musim. Chivu dikenal sebagai pemain cerdas dengan visi permainan yang kuat.

Setelah pensiun pada 2014, Chivu kembali ke Inter sebagai pelatih di akademi. Ia kemudian membawa tim Primavera meraih gelar liga junior dan membangun reputasi sebagai pelatih yang teliti dan disiplin. Pengalaman itu memberinya dasar kuat sebelum dipercaya menangani Parma pada awal 2025.

Analisis Performa Terkini Inter Milan dan Prospek Masa Depan

Musim 2024–25 menjadi musim penuh gejolak bagi Inter Milan. Setelah sempat tampil dominan di awal musim, performa tim menurun di bulan-bulan terakhir. Mereka harus puas finis di posisi dua Serie A, gagal di semifinal Coppa Italia, dan dihantam PSG di final Liga Champions.

Kekalahan telak dari PSG memperlihatkan banyak masalah di dalam skuad. Pertahanan terlihat rapuh dan lini tengah tidak mampu mengimbangi kecepatan lawan. Beberapa pemain kunci juga tampil di bawah standar. Secara keseluruhan, ada rasa frustrasi karena hasil tak sejalan dengan potensi tim.

Kini, di bawah Chivu, fokus utama adalah membenahi pertahanan dan meningkatkan mental tim. Tantangan pertamanya adalah Piala Dunia Antarklub 2025. Inter akan bertemu Monterrey di babak 16 besar pada 17 Juni di Amerika Serikat. Turnamen ini akan menjadi ajang pembuktian bagi Chivu dalam debutnya melatih di level elite.

Tantangan dan Peluang bagi Chivu

Tantangan

Chivu menghadapi tantangan besar sebagai pelatih anyar Inter Milan. Pertama, ia harus membangun ulang kepercayaan diri tim setelah kekalahan menyakitkan dari PSG. Ia juga harus menghadapi ekspektasi tinggi dari fans dan manajemen. Laga-laga besar seperti Piala Dunia Antarklub bisa menentukan nasibnya.

Mengatur keseimbangan antara pemain senior dan talenta muda juga jadi pekerjaan rumah. Skuad Inter saat ini terdiri dari pemain berpengalaman seperti Barella dan Bastoni, tapi juga pemain muda yang belum stabil. Chivu harus bisa menyatukan mereka dalam satu sistem permainan yang efisien.

Peluang

Namun, situasi ini juga memberi peluang emas bagi Chivu. Ia datang dengan status legenda klub dan mengenal struktur internal dengan baik. Gaya kepelatihannya yang pragmatis namun fleksibel dinilai cocok dengan karakter tim saat ini. Selain itu, ia punya kesempatan untuk memulai era baru bagi Inter.

Jika mampu membawa hasil positif di turnamen dunia dan membentuk tim solid, Chivu bisa membangun warisan panjang di Giuseppe Meazza. Banyak yang melihat ini sebagai awal dari generasi pelatih muda Eropa yang mulai naik ke panggung utama.

Kesimpulan

Peralihan dari Simone Inzaghi ke Cristian Chivu bukan hanya pergantian pelatih, tapi simbol transisi era di Inter Milan. Kekalahan dari PSG menjadi titik balik, dan manajemen memilih jalan baru dengan wajah lama. Chivu punya pekerjaan besar, namun juga punya semua modal untuk sukses.

Piala Dunia Antarklub akan menjadi panggung pertama. Semua mata kini tertuju pada langkah-langkah Chivu dalam membentuk kembali tim yang haus gelar. Waktu akan membuktikan apakah keputusan berani Inter akan membuahkan hasil manis, atau justru memperpanjang masa pencarian identitas mereka.

By Risyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *